AIRASIA LOW PRICE

Kamis, 28 Agustus 2008

TANGGAPAN RISMAN ATAS KOMUNIKASI BENEFECIARIES...

Membaca artikel lukman jadi teringat pada beberapa hal:

1. Posisi BRR
Pada tahun 2008 - 2009 ini posisi BRR benar-benar ada dalam Segi Tiga Tarikan. Ingat posisi Segi Tiga Bermuda? Artinya, jika tidak disikapi dengan baik maka BRR akan hilang dalam tercabik-cabik oleh arus tarikan dimaksud. Segi Tiga Tarikan itu adalah: (1) kaum politikus yang bermunculan akibat adanya peluang partai politik lokal; (2) media massa yang tumbuh tidak dengan analisis pasar; dan (3) kaum advokator yang bangkit karena rayuan donor.

Ketiga kelompok itu, sama-sama hidup dengan ozon issu. Dan, issu yang paling empuk dan mungkin adalah BRR. Sampai 2009 masih agak sungkan menjadikan Pemda sebagai issu. Pasti deh tau alasannya kenapa.

2. Strategi BRR
Tekanan politik dan advokasi yang terjadi selama 2006-2007 yang mendapat tempat di media lokal (dan sebagian nasional) sepertinya membuat banyak orang di BRR gamang dan akhirnya lebih memilih untuk bermain di indikator kuantitas-elitas ketimbang kualitas-populitas. Pertanyaan pertama yang segera muncul adalah bagaimana menjawab tekanan selama ini dengan menyuguhkan angka-angka fisik. Jika dulu orang menekan soal rumah maka para pimpinan akan menjawabnya dengan angka 1000 rumah, 1500 rumah, 2000 rumah atau sejuta rumah.

3. Dinamika Bawah Tanah
Padahal, semua pada tahu betapa untuk menggarap bencana Aceh bukan hal gampang mesti tidak bisa juga dibilang susah amat. Tidak gampangnya ya karena problem keacehan tidak cuma soal bencana alam gempa dan tsunami saja melainkan bercampur baur dengan bencana politik dan moralitas. Tapi gampangnya, jika strategi mendekat ke rakyat bisa jalan maka semua akan lebih mudah. Tapi, disini lah waktu, dedikasi, uji coba lagi, dilakukan sampai kemudian bisa muncul kalimat KAMI ADA DG RAKYAT SEKARANG. Dan ini lah yang sebenarnya sedang dan sudah dilakukan dan ditemukan oleh Direktorat PPP lewat tim direktorat yang di dukung oleh Tim Asperkim yang berdedikasi. Sayangnya, kala momentum popularitas (kerakyatan) itu sudah ditemukan (salah satunya lewat keberhasilan membentuk KP4D dan Faskim/Fascam, terdengar issu bahwa Direktorat PPP akan dileburkan/dibubarkan dan mungkin esoknya tampil dengan wajah Konvertib. Sebuah wajah dari berbentuk popularitas menjadi wajah sangaritas.

Dengan tiga gambaran di atas maka terasalah apa yang menjadi "gugatan" bathin, moral, dan etik sang Lukman. Dan, dengan tiga gambaran itu pula kita membaca betapa gerak BRR menuju pengakhiran tugasnya akan penuh dengan drama penggulungan, ya karena apa lagi, ya karena BRR akan segera masuk dalam arus dasyat Segi Tiga Tarikan itu tadi.

Mungkinkah, detik-detik kontemplasi dan penataan ini masih bisa menjadi media untuk mengubah haluan kapal BRR agar tidak menuju ke tengah Segi Tiga Tarikan? Jangan putus asa, jangan gunakan strategi keras, karena demokrasi menyediakan banyak alternatif untuk memenangkan gagasan brillian di Negeri Tanoh Harapan ini. Salam

Tidak ada komentar: